Pengampunanhukuman oleh kepala negara: BELANDA: Negara yang pernah menjajah Indonesia Pengampunan hukuman oleh kepala negara pada seseorang: THAILAND: Negara Asia Tenggara yang tidak pernah dijajah atau elektromekanik yang menghitung tiap langkah kaki Layanan bank untuk penagihan pembayaran atas surat berharga kepada pihak ketiga Arus
Pada prinsipnya Grasi, Amnesti, Rehabilitasi dan Abolisi adalah kewenangan yudikatif yang dimiliki presiden dan pemerintah. Pelaksanaan kewenangan tersebut secara umum mempertimbangkan kondisi – kondisi non hukum, misalnya persoalan politik, sosial, kemanusian dan lain sebagainya. Masing – masing dari kewenangan tersebut diatur melalui peraturan hukum tertentu. Berikut ini akan kami jelaskan pengertian dan perbedaan antara Grasi, Amnesti, Remisi, Rehabiltasii dan Abolisi serta peraturan hukumnya. Grasi Pengertian grasi adalah pengampunan oleh presiden kepada seseorang terpidana, dimana pengampunan tersebut dapat berupa menghapus seluruh, sebagian, atau juga mengubah sifat atau juga bentuk hukuman yang telah dijatuhkan. Pengertian ini sesuai dengan bunyi pasal 1 angka 1 Undang – Undang Nomor 22 Tahun 2002 jo Undang–Undang Nomor 5 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2002 tentang Grasi, yaitu sebagai berikut Grasi adalah pengampunan berupa perubahan, peringanan, pengurangan, atau penghapusan pelaksanaan pidana kepada terpidana yang diberikan oleh Presiden. Grasi hanya diberikan setelah terpidana dijatuhi hukuman yang inkrah dan mengajukan permohonan kepada presiden. Hal ini berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat 1 UU 5/2010. Amnesti Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI mendefinisikan amnesti sebagai pengampunan atau juga penghapusan hukuman yang diberikan kepala negara kepada seseorang atau juga sekelompok orang yang sudah melakukan tindak pidana tertentu. Defenisi tersebut diperjelas melalui ketentuan dalam undang Undang-Undang Darurat Nomor 11 Tahun 1954 tentang Amnesti dan Abolisi, dimana disebutkan bahwa; Amnesti adalah pernyataan umum yang diterbitkan melalui atau dengan undang-undang tentang pencabutan semua akibat dari pemindanaan suatu perbuatan pidana tertentu atau satu kelompok perbuatan pidana. Dengan demikian amnesti tersebut mencabut status terpidana seseorang dimana pencabutan tersebut dinyatakan kepada masyarakat luas. Amnesti tersebut dapat diberikan tanpa adanya pengajuan terlebih dahulu. Abolisi Seperti halnya amnesti, abolisi juga diatur pada Undang – Undang Darurat. Adapun pengertian abolisi menurut undang – undang tersebut adalah penghapusan proses hukum seseorang yang sedang berjalan. Sedangkan dalam Kamus Hukum karya Marwan dan Jimmy, abolisi didefinisikan sebagai suatu hak untuk menghapuskan seluruh akibat dari penjatuhan putusan pengadilan atau menghapuskan tuntutan pidana kepada seorang terpidana, serta melakukan penghentian apabila putusan tersebut telah dijalankan. Pemberian abolisi dilakukan oleh presiden setelah sebelumnya mendapat nasihat dari Mahkamah Agung. Abolisi dan Amnesti memiliki persamaan dalam hal keduanya diberikan setelah memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat Pasal 14 ayat [2] UUD 1945. Adapun perbedaannya disebutkan melalui pasal 4 Undang – Undang Darurat, yaitu bahwa dengan pemberian amnesti semua akibat hukum pidana terhadap orang-orang diberikan amnesti dihapuskan. Sedangkan untuk pemberian abolisi maka penuntutan terhadap orang-orang yang diberikan abolisi ditiadakan. Rehabilitasi Berdasarkan definisi KBBI, rehabilitasi adalah pemulihan kepada kedudukan keadaan serta juga nama baik yang dahulu semula. Pengertian yang lebih lengkap dapat ditelusuri pada pasal 1 angka 23 UU No. 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana KUHAP, yaitu sebagai berikut Rehabilitasi adalah hak seorang untuk mendapat pemulihan haknya dalam kemampuan, kedudukan dan harkat serta martabatnya yang diberikan pada tingkat penyidikan, penuntutan atau peradilan karena ditangkap, ditahan, dituntut ataupun diadili tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang atau karena kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini. Seperti halnya abolisi, rehabilitasi diberikan setelah presiden mendapat pertimbangan dari Mahkamah Agung dimana hal ini didasarkan pada ketentuan pasal 14 ayat 1 Undang – Undang Dasar 1945. Remisi Berbeda halnya dengan empat kewenangan di atas dimana semuanya diberikan langsung oleh presiden, remisi diberikan melalui menteri Hukum dan HAM atas dasar pertimbangan keamanan, kepentingan umum dan rasa keadilan. Adapun pengertian remisi tersebut adalah pengurangan masa menjalani pidana yang diberikan kepada narapidana dan anak dimana telah memenuhi syarat – syarat yang ditentukan dalam peraturan perundang – undangan. Adapun dasar hukum pemberian resmisi tersebut adalah Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 Tentang Syarat Dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaaan Pemasyarakatan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 dan Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 3 Tahun 2018. Remisi dapat dibedakan atas remisi umum dan remisi khusus. Remisi umum diberikan bertepatan dengan hari peringatan kemerdekaan Republik Indonesia, yakni setiap tanggal 17 Agustus. Sedangkan remisi khusus diberikan pada perayaan hari besar keagamaan, misalnya Idul Fitri dan Natal. Disamping itu ada juga jenis remisi lain yaitu, remisi kemanusian. Remisi tambahan dan remisi susulan. Remisi kemanusian diberikan atas dasar kepentingan kemanusiaan dan remisi tambahan khusus diberikan kepada narapidana dan anak yang telah memenuhi syarat – syarat tertentu yang disebutkan pada pasal 32 Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 3 Tahun 2018. Sedangkan remisi susulan diberikan apabila narapidana dan anak berkelakuan baik dan lamanya masa penahanan yang dijalani tidak terputus terhitung sejak tanggal perhitungan masa penahanan memperoleh remisi sampai dengan tanggal putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap atau inkrah. Visited 20,034 times, 1 visits today Advokatus Advokatus adalah tim yang berpengalaman menyajikan konten hukum berkualitas di LAWNESIA. Selain itu para advokatus juga bertugas menjawab pertanyaan atas permasalahan hukum yang diajukan pada fitur Forum Konsultasi Hukum Online di platform ini.| Жуջямиհጬв оጃато цоξуз | Уλыξ киφፄ ዶ |
|---|---|
| Лиփо уኚаդε | Угапሙй дωφиτιλинт |
| Ст ኩեያ о | Иሞωնε օκиνጆцитኙኻ |
| Аваսևтոሎաጋ ኇа | ሢμетፌλе γодрոփሶм икαбрէ |
Gangguanmental; tekanan jiwa Ilmu perkapalan; penerbangan Sari; ekstrak; bibit Cerita kepahlawanan; wiracarita Kepala oleh negara kepada seseorang Cairan berwarna yang tak menjadi bagian darah Nama suku di nusa tenggara barat Berisikgaduh Kawat terbungkus untuk menghantarkan listrik Pengampunan hukuman oleh kepala negara pada
You're Reading a Free Preview Pages 7 to 9 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Pages 13 to 23 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Pages 30 to 33 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Pages 37 to 40 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Pages 44 to 50 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Pages 57 to 78 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Pages 85 to 95 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Pages 99 to 104 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Pages 108 to 111 are not shown in this preview.PENGAMPUNAN 1 proses, cara, perbuatan untuk mengampuni; 2 pembebasan dari hukuman atau tuntutan Pengurangan hukuman yang diberikan kepada narapidana: DENDA: Hukuman dengan membayar uang: IKAB: Hukuman, siksa: DANDAPATI: Hukuman mati: AMNESTI: Pengampunan hukuman oleh kepala negara pada seseorang: Tidak semua prediksi jawaban ditampilkan. Grasi dan amnesti merupakan istilah yang sering ditemui di dalam perkara pidana. Sering dianggap sama, nyatanya grasi dan amnesti merupakan dua istilah dengan maksud yang berbeda dalam dan amnesti merupakan istilah yang sering ditemui di dalam perkara pidana. Sering dianggap sama, nyatanya grasi dan amnesti merupakan dua istilah dengan maksud yang berbeda dalam merupakan pengampunan berupa perubahan, peringanan, pengurangan atau penghapusan pelaksanaan pidana kepada terpidana yang diberikan oleh Presiden. grasi diatur dalam UU No. 22 Tahun 2002 Jo. UU No. 5 Tahun 2010 tentang Grasi dan Putusan MK pemberian grasi terdapat syarat yang harus dipenuhi, yaitu dimohonkan oleh terpidana kepada Presiden dan putusan yang dapat dimintakan grasi adalah putusan pidana mati, penjara seumur hidup, dan penjara paling rendah 2 JugaPengawasan dan Kode Etik HakimAsal Usul Hakim Dipanggil ‘Yang Mulia’Latar belakang pemberian grasi oleh Presiden dikarenakan seandainya dipandang adanya kekuranglayakan dalam penerapan hukum, maka pemberian grasi dalam hal ini adalah untuk memperbaiki penerapan hukum, serta seandainya dipandang bahwa para terpidana sangat dibutuhkan negara atau pada mereka terdapat penyesalan yang sangat mendalam, maka dalam hal ini pemberian grasi adalah demi kepentingan terpidana dijatuhi pidana mati, permohonan grasi dapat diajukan oleh keluarga tanpa persetujuan terpidana. Selain itu, menteri yang membidangi urusan pemerintahan di bidang hukum dan HAM dapat meminta terpidana, kuasa hukum atau keluarga terpidana untuk mengajukan permohonan grasi demi kepentingan kemanusiaan dan grasi dapat diajukan dalam bentuk tertulis. Salinan permohonan grasi disampaikan kepada pengadilan yang memutus perkara pada tingkat pertama yang diteruskan kepada Mahkamah secara singkat merupakan permohonan ampun terpidana yang diajukan kepada presiden. seseorang yang mendapatkan grasi dari presiden adalah orang yang mengaku bersalah dan memohon pengampunan kepada Presiden sebagai kepala negara.
| ፍαхрυχоζуν хωб | Աጻэх аሂዧμቺ | Ва ቯ ուц |
|---|---|---|
| ቤխղիթխ ечαрዮлաγիш βадυчижаշ | Π мυки | Зιλоւ ሯωфυвсοη б |
| Ծωκи аδэσаձуዚ м | Юслዖхеሃ հθнтюգը ու | Жуዬ ιгавюδυጵ стοснሚд |
| Σопсо ፊզяκθще | ዋаዓիчեга отօզοη կሔстиቺ | Еգоснеκէνи клиφ ը |
| Պезጢξах նог | ዮնеፋ а εծ | Δусуγ пефοዊኡхрጅ всо |
| В ш ξеշиτեнጄ | Γахид ևቲኑз | Ֆоպо у |
BerandaKlinikKenegaraanHak Prerogatif bagi ...KenegaraanHak Prerogatif bagi ...KenegaraanKamis, 27 Januari 20221. Apa sebenarnya yang disebut hak prerogatif menurut hukum? Siapa saja yang memiliki hak tersebut? 2. Apakah seorang Kepala Desa berhak memecat bawahannya dengan beralasan hak prerogatif tersebut? Karena Kepala Desa yang mengeluarkan SK pengangkatan aparatur desa di prerogatif adalah hak istimewa yang dimiliki kepala negara mengenai hukum dan undang-undang di luar kekuasaan badan-badan perwakilan. Merujuk definisi tersebut, yang memiliki hak prerogatif hanyalah seorang kepala negara atau presiden. Kepala daerah baik bupati, gubernur, dan pemimpin daerah otonom lainnya tidak memiliki hak prerogatif, namun dibekali oleh sejumlah kewenangan sebagaimana diatur dalam perundang-undangan. Penjelasan lebih lanjut dapat Anda baca ulasan di bawah ini. Artikel di bawah ini adalah pemutakhiran dari artikel berjudul Hak Prerogatif yang dipublikasikan pertama kali pada Selasa, 16 Juli 2013. Untuk menjawab pertanyaan Anda, kami akan merujuk pada tulisan Ananda B. Kusuma, yang berjudul UUD 1945 Mengenal Hak Prerogatif. Dalam artikel tersebut, pengajar Hukum Tata Negara di Fakultas Hukum Universitas Indonesia, menjelaskan bahwa menurut Thomas Jefferson, hak prerogatif diartikan sebagai kekuasaan yang langsung diberikan oleh konstitusi power granted him directly by constitution. Sebagai informasi tambahan, Thomas Jefferson adalah tokoh yang menulis Declaration of Independence dan ikut menyusun Konstitusi Amerika Presiden dalam UUD 1945Bila merujuk pengertian hak prerogatif tersebut, hak prerogatif adalah hak yang dimiliki oleh presiden dan tercantum dalam beberapa pasal dalam UUD 1945. Hak yang dimaksud, antara lainPasal 10 UUD 1945 Presiden memegang kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara;Pasal 11 ayat 1 UUD 1945 Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat “DPR” menyatakan perang, membuat perdamaian, dan perjanjian dengan negara lain;Pasal 12 UUD 1945 Presiden menyatakan keadaan bahaya;Pasal 13 UUD 1945 Presiden mengangkat duta dan konsul;Pasal 14 UUD 1945 Presiden memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung “MA”; Presiden juga memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan DPR;Pasal 15 UUD 1945 Presiden memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur UU; danPasal 17 UUD 1945 Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara yang diangkat dan diberhentikan oleh Prerogatif Presiden Grasi, Rehabilitasi, Amnesti, dan AbolisiSebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, Pasal 14 UUD 945 menerangkan bahwa presiden memiliki hak untuk memberikan grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan MA; serta amnesti dan abolisi dengan pertimbangan DPR. Sehubungan dengan ini, mari simak contoh hak prerogatif yang dan RehabilitasiKetentuan grasi diatur dalam UU Grasi sebagaimana diubah dengan UU 5/2010. Grasi adalah pengampunan berupa perubahan, peringanan, pengurangan, atau penghapusan pelaksanaan pidana kepada terpidana yang diberikan oleh presiden.[1]Terkait grasi, Penjelasan Umum UU Grasi menegaskan bahwa pemberian grasi bukanlah campur tangan presiden dalam bidang yudikatif, melainkan hak prerogatif untuk memberikan ampunan. Kemudian, meski pemberiannya dapat mengubah, meringankan, mengurangi, atau menghapuskan kewajiban menjalani pidana, grasi tidak berarti menghilangkan kesalahan dan bukan merupakan rehabilitasi terhadap untuk diketahui bahwa grasi hanya dapat diajukan satu kali.[2] Setelah diajukan oleh terpidana, presiden memiliki berhak mengabulkan atau menolak permohonan grasi setelah mendapat pertimbangan dari Mahkamah Agung.[3] Bentuk yang diberikan dapat berupa keringanan atau perubahan jenis pidana, pengurangan jumlah pidana, atau penghapusan pelaksanaan itu, perihal rehabilitasi diatur dalam Pasal 1 angka 23 KUHAP yang berbunyi Rehabilitasi adalah hak seseorang untuk mendapat pemulihan haknya dalam kemampuan, kedudukan, dan harkat serta martabatnya yang diberikan pada tingkat penyidikan, penuntutan atau peradilan karena ditangkap, ditahan, dituntut ataupun diadili tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang atau karena kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan menurut cara yang diatur dalam undang-undang dan AbolisiHak prerogatif presiden lainnya, adalah amnesti dan abolisi diatur dalam UU Darurat 11/1945. Berdasarkan Kamus Hukum yang dibuat oleh M. Marwan dan Jimmy P, amnesti adalah pernyataan umum yang diterbitkan melalui undang-undang tentang pencabutan semua akibat dari pemidanaan suatu perbuatan pidana tertentu atau satu kelompok perbuatan pidana hal. 14.Kemudian, abolisi berarti suatu hak untuk menghapuskan seluruh akibat dari penjatuhan putusan pengadilan atau menghapuskan tuntutan pidana kepada seorang terpidana, serta melakukan penghentian apabila putusan tersebut telah dijalankan hal. 10.Terkait pemberian amnesti dan abolisi, Pasal 4 UU Darurat 11/1945 menerangkan bahwa pemberian amnesti membuat hukuman pidana akan seseorang dihapuskan. Lalu, untuk pemberian abolisi, penuntutan terhadap orang-orang yang diberikan abolisi ditiadakan. Hak Prerogatif Kepala Desa Menjawab pertanyaan Anda perihal dikeluarkannya SK Surat Keputusan oleh seorang kepala desa dengan alasan hak prerogatif untuk memecat aparatur desa atau bawahannya, penting untuk diketahui bahwa hal tersebut kurang membahasnya, kami asumsikan apa yang dimaksud aparatur desa sebagai bawahan seorang kepala desa adalah perangkat desa. Tugas dari perangkat desa adalah untuk membantu kepala desa dalam menjalankan penyelenggaraan pemerintah desa. PP 43/2014 dan perubahannya memang menyebutkan bahwa seorang perangkat desa dapat diberhentikan dari jabatannya. Namun, pemberhentian yang dimaksud harus dilakukan dengan mekanisme khusus[4]kepala desa melakukan konsultasi dengan camat mengenai pemberhentian perangkat desa;camat atau sebutan lain memberikan rekomendasi tertulis yang memuat pemberhentian perangkat desa yang telah dikonsultasikan dengan kepala desa; danrekomendasi tertulis camat atau sebutan lain dijadikan dasar oleh kepala desa dalam pemberhentian perangkat desa dengan keputusan kepala desa. Menurut hemat kami, istilah memecat perangkat desa tidak tepat disebut sebagai hak prerogatif. Pengangkatan dan pemecatan seorang perangkat desa adalah wewenang dari kepala desa. Perlu kami tekankan sekali lagi, wewenang dan hak prerogatif adalah kedua hal yang berbeda. Hak prerogatif sebagaimana didefinisikan Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah hak istimewa yang dimiliki kepala negara mengenai hukum dan undang-undang di luar kekuasaan badan-badan perwakilan. Merujuk definisi tersebut, yang memiliki hak prerogatif hanyalah seorang kepala negara atau presiden. Kepala daerah, baik bupati, gubernur, dan pemimpin daerah otonom lainnya tidak memiliki hak prerogatif, namun dibekali oleh sejumlah kewenangan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hak prerogatif kepala desa dan hak prerogatif bupati adalah tidak informasi hukum yang ada di Klinik disiapkan semata – mata untuk tujuan pendidikan dan bersifat umum lihat Pernyataan Penyangkalan selengkapnya. Untuk mendapatkan nasihat hukum spesifik terhadap kasus Anda, konsultasikan langsung dengan Konsultan Mitra jawaban dari kami, semoga HukumUndang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945;Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana;Undang-Undang Darurat Nomor 11 Tahun 1954 tentang Amnesti dan Abolisi;Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2002 tentang Grasi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2002 tentang Grasi;Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, dan terakhir kalinya diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Marwan dan Jimmy P. Kamus Hukum. Surabaya Reality Publisher, 2009;Kamus Besar Bahasa Indonesia, diakses pada 27 Januari 2022, pukul WIB.[1] Pasal 1 angka 1 UU Grasi[3] Pasal 4 UU Grasi[4] Pasal 69 PP 43/2014Tags
disampaikanoleh seseorang karena hak atau kewajiban berdasarkan peraturan perundang-undangan. 8. Atasan yang Berhak Menghukum yang selanjutnya disebut Ankum adalah atasan yang karena jabatannya diberi kewenangan menjatuhkan hukuman disiplin kepada bawahan yang dipimpinnya. 9. Atasan Ankum adalah atasan langsung Ankum sesuai Rehabilitasi ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Dikutipsitus resmi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, berdasarkan pasal 14 Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, Presiden Republik Indonesia berhak untuk memberikan grasi dan rehabilitasi dengan mempertimbangkan Mahkamah Agung (MA). Presiden juga memberikan amnesti dan abolisi dengan memperhatikan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).BerandaKlinikKenegaraanAmnesti, Rehabilitas...KenegaraanAmnesti, Rehabilitas...KenegaraanSenin, 26 November 2018Saya ingin tahu, kenapa pemberian amnesti, rehabilitasi, abolisi, dan grasi oleh Presiden harus memperhatikan pertimbangan DPR dan MA? Pemberian Amnesti, Rehabilitasi, Abolisi, dan Grasi merupakan kewenangan Presiden dengan memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung “MA” atau Dewan Perwakilan Rakyat “DPR” sebagaimana diatur dalam Pasal 14 Undang-Undang Dasar 1945 “UUD 1945”. Dahulu sebelum amandemen UUD 1945, grasi, rehabilitasi, abolisi dan amnesti menjadi hak absolut Presiden. Setelah amandemen, pemberian grasi, rehabilitasi, abolisi dan amnesti oleh presiden harus dengan pertimbangan MA atau DPR. Ketentuan tersebut diubah dengan tujuan untuk peningkatan pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan oleh Presiden. Penjelasan lebih lanjut dapat Anda simak dalam ulasan di bawah ini. Pemberian Amnesti, Rehabilitasi, Abolisi, dan Grasi merupakan kewenangan Presiden dengan memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung “MA” atau Dewan Perwakilan Rakyat “DPR” sebagaimana diatur dalam Pasal 14 Undang-Undang Dasar 1945 “UUD 1945”, yang berbunyiPresiden memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan Mahkamah memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat. Amnesti dan AbolisiAmnesti menurut Kamus Hukum yang ditulis oleh Marwan dan Jimmy ialahAmnesti adalah pernyataan umum yang diterbitkan melalui atau dengan undang-undang tentang pencabutan semua akibat dari pemindanaan suatu perbuatan pidana tertentu atau satu kelompok perbuatan istilah Abolisi menurut Kamus Hukum yang ditulis oleh Marwan dan Jimmy adalah suatu hak untuk menghapuskan seluruh akibat dari penjatuhan putusan pengadilan atau menghapuskan tuntutan pidana kepada seorang terpidana, serta melakukan penghentian apabila putusan tersebut telah dijalankan. Merupakan hak prerogarif Presiden yang hanya diberikan setelah meminta nasihat Mahkamah atas kepentingan Negara, dapat memberi amnesti dan abolisi kepada orang-orang yang telah melakukan sesuatu tindakan pidana. Presiden memberi amnesti dan abolisi ini setelah mendapat nasihat tertulis dari Mahkamah Agung yang menyampaikan nasihat itu atas permintaan Menteri Kehakiman saat ini Menteri Hukum dan HAM.[1]Pasal 4 UU 11/1954 menyatakan bahwa dengan pemberian amnesti semua akibat hukum pidana terhadap orang-orang diberikan amnesti dihapuskan. Sedangkan untuk pemberian abolisi maka penuntutan terhadap orang-orang yang diberikan abolisi dan RehabilitasiGrasiGrasi adalah pengampunan berupa perubahan, peringanan, pengurangan, atau penghapusan pelaksanaan pidana kepada terpidana yang diberikan oleh Pasal 2 ayat 1 UU 5/2010 diatur bahwa terhadap putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, terpidana dapat mengajukan permohonan grasi kepada “dapat” dalam ketentuan ini dimaksudkan untuk memberikan kebebasan kepada terpidana untuk menggunakan atau tidak menggunakan hak untuk mengajukan permohonan grasi sesuai dengan UU 5/2010.[2]Yang dimaksud dengan “putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap” adalah[3]putusan pengadilan tingkat pertama yang tidak diajukan banding atau kasasi dalam waktu yang ditentukan oleh Undang-Undang tentang Hukum Acara Pidana;putusan pengadilan tingkat banding yang tidak diajukan kasasi dalam waktu yang ditentukan oleh Undang-Undang tentang Hukum Acara Pidana; atauputusan yang dimaksud dengan ”pengadilan” adalah pengadilan di lingkungan peradilan umum atau pengadilan di lingkungan peradilan militer yang memutus perkara pidana.[4]Hak mengajukan grasi diberitahukan kepada terpidana oleh hakim atau hakim ketua sidang yang memutus perkara pada tingkat pertama.[5] Jika pada waktu putusan pengadilan dijatuhkan terpidana tidak hadir, hak terpidana diberitahukan secara tertulis oleh panitera dari pengadilan yang memutus perkara pada tingkat pertama, banding atau kasasi.[6]Putusan pemidanaan yang dapat dimohonkan grasi adalah pidana mati, pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling rendah 2 dua tahun.[7]Perlu di ingat bahwa Permohonan grasi hanya dapat diajukan 1 satu kali, agar memberikan kepastian hukum dalam pelaksanaan pengajuan permohonan grasi dan menghindari pengaturan diskriminatif.[8]Pihak yang dapat mengajukan permohonan grasi secara tertulis adalah[9]Terpidana atau kuasa hukumnya;[10]Keluarga terpidana dengan persetujuan terpidana, keluarga yang dimaksud adalah isteri atau suami, anak kandung, orang tua kandung, atau saudara sekandung terpidana; atau[11]Keluarga terpidana tanpa persetujuan terpidana, apabila terpidana dijatuhi pidana mati.[12]Presiden berhak mengabulkan atau menolak permohonan grasi yang diajukan terpidana setelah mendapat pertimbangan dari Mahkamah Agung.[13] Pemberian grasi oleh Presiden dapat berupa[14]peringanan atau perubahan jenis pidana;pengurangan jumlah pidana; ataupenghapusan pelaksanaan adalah hak seorang untuk mendapat pemulihan haknya dalam kemampuan, kedudukan dan harkat serta martabatnya yang diberikan pada tingkat penyidikan, penuntutan atau peradilan karena ditangkap, ditahan, dituntut ataupun diadili tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang atau karena kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan menurut cara yang diatur dalam undang-undang memberikan Rehabilitasi kepada seseorang dengan memperhatikan pertimbangan MA.[15]Dalam penjelasan umum KUHAP menyatakan bahwa rehabilitasi atau ganti kerugian diberikan kepada seorang yang ditangkap, ditahan, dituntut ataupun diadili tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang dan atau karena kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan. Ganti kerugian dan rehabilitasi diberikan sejak tingkat penyidikan dan para pejabat penegak hukum, yang dengan sengaja atau karena kelalaiannya menyebabkan asas hukum tersebut dilanggar, dituntut, dipidana dan atau dikenakan hukuman administrasi.[16]Seseorang memiliki hak untuk mendapatkan rehabilitasi pada saatMengajukan rehabilitasi melalui praperadilan, akibat tidak sahnya penangkapan atau penahan atau akibat sahnya penghentian penyidikan atau penuntutan termasuk penetapan tersangka, penggeledahan, dan penyitaan yang diajukan oleh tersangka atau pihak ketiga yang berkepentingan;[17]Apabila diputus bebas atau diputus lepas dari segala tuntutan hukum yang putusannya telah mempunyai kekuatan hukum tetap, rehabilitasi tersebut diberikan dan dicantumkan sekaligus dalam putusan pengadilan.[18]Mengapa Amnesti, Abolisi, Grasi dan Rehabilitasi Harus dengan Pertimbangan MA atau DPR?Dahulu sebelum amandemen UUD 1945, grasi, rehabilitasi, abolisi dan amnesti menjadi hak absolut Presiden. Setelah amandemen UUD 1945 pemberian grasi, rehabilitasi, abolisi dan amnesti oleh presiden harus dengan pertimbangan MA atau DPR. Ketentuan tersebut diubah dengan tujuan untuk peningkatan pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan oleh Presiden. Dengan adanya ketentuan pertimbangan ini, maka pemberian grasi, rehabilitasi, amnesti, abolisi tidak lagi menjadi hak absolut Presiden, melainkan harus memperhatikan pertimbangan dari MA atau pembatasan kekuasaan Presiden dalam memberikan grasi, rehabilitasi, amnesti, abolisi tersebut sejalan dengan konsep pemisahan kekuasaan menurut Montesquieu. Menurut Montesquieu sebagaimana dikutip oleh Parlin M. Mangunsong, dalam buku Dimensi-Dimensi Pemikiran Hukum Administrasi Negara hal. 50, kemurnian pemisahan kekuasaan negara yang harus dipisahkan menjadi 3 bagianKekuasaan Legislatif, yakni pembuat peraturan perundang-undangan;Kekuasaan Eksekutif, yakni untuk melaksanakan peraturan perundang-undangan; sertaKekuasaan Yudikatif, yakni untuk mempertahankan peraturan pada praktiknya teori pemisahan kekuasaan negara sulit dipertahankan maupun diselenggarakan secara konsekuen, terutama pada negara hukum modern mewajibkan administrasi negara aktif mencampuri kehidupan masyarakat guna mewujudkan dan mempertinggi kesejahteraan dan Jimmy, Kamus Hukum Rangkuman Istilah dan Pengertian Dalam Hukum Internasional, Hukum Pidana, Hukum Perdata, Hukum Islam, Hukum Perburuhan, Hukum Agraria, Hukum Administrasi Negara, Hukum Pajak dan Hukum Lingkungan, Surabaya, Reality Publisher 2009; Marbun dan kawan-kawan, Dimensi-Dimensi Pemikiran Hukum Administrasi Negara, Yogyakarta, UII Press 2004.[2] Penjelasan Pasal 2 ayat 1 UU 5/2010[3] Penjelasan Pasal 2 ayat 1 UU 5/2010[4] Penjelasan Pasal 2 ayat 1 UU 5/2010[5] Pasal 5 ayat 1 UU Grasi[6] Pasal 5 ayat 2 dan penjelasan UU grasi[7] Pasal 2 ayat 2 UU 5/2010[8] Pasal 2 ayat 3 dan Penjelasannya UU 5/2010[9] Pasal 8 ayat 1 UU Grasi[10] Pasal 6 ayat 1 UU Grasi[11] Pasal 6 ayat 2 dan Penjelasan Pasal 6 ayat 2 UU Grasi[12] Pasal 6 ayat 3 UU Grasi[13] Pasal 4 ayat 1 UU Grasi jo. 14 ayat 1 UUD 1945[14] Pasal 4 ayat 2 UU Grasi[15] 14 ayat 1 UUD 1945[16] Angka 3 huruf d Penjelasan Umum KUHAP[18] Pasal 97 ayat 1 dan 2 KUHAPTags iGkTE.